Rumah Esih di Cigondewah Tembus Air dan Menerawang Langit, Nenek Ini Menunggu JQR

0
536

HAYOO.ID: Suasana gembira dan sukacita menyambut hari raya Idul Fitri 1443 semakin terasa, jutaan orang bergerak dari perantauan menerjang macetnya jalanan demi bertemu sanak saudara di kampung halaman.

Kondisi itu tidak berlaku bagi Mak Esih (85). Seorang warga Baturengat, Kelurahan Cigondewah Kaler, RT01/RW01 Kecamatan Bandung Kulon, Kota Bandung ini justru harus rela tinggal prihatin di rumah tidak layak huni. Rumahnya yang berada di lorong berukuran satu badan kecil itu luput dari perhatian.

Saat dikunjungi, dinding rumah bermaterial bilik bambu yang sudah menghitam di hampir semua bagian menggambarkan ‘penderitaan’ sang penghuni, belum lagi genting  pelindung yang sudah tidak jelas susunannya, bahkan seolah berlomba terjun bebas ke tanah.

BACA JUGA: Gubernur Jabar Sahur di Rumah Warga dan Beri Bantuan

Belum lagi tambalan plastik menempel di bilik untuk memastikan air tidak terlalu masuk ke dalam rumah.

Rumah Mak Esih yang nyaris rontok dan memprihatinkan di Cigondewah Kaler, Kota Bandung (Yusuf)

Meski itu semua sia-sia karena sebagian atap rumahnya sudah bisa menembus langit, sehingga saat hujan turun, air masuk melalui tambalan terpal yang sudah lama tembus pandang.

Tak jauh dari tempat tidurnya, terlihat beberapa ember terisi air di atas lantai yang mengelupas di ruangan yang gelap, dan lembab itu.

Tidak hanya itu, Mak Esih pun harus berjalan jauh ke toilet umum untuk keperluan MCK. Hidupnya yang sebatang kara memaksa Esih hidup memprihatinkan setelah ditinggal tiga anaknya yang sudah terlebih dahulu dipanggi yang Maha Kuasa.

“Dulu mak punya 3 orang anak, semua sudah meninggal. Kalau mereka masih ada, mungkin tidak seperti ini,” kata Esih di kediamannya, Sabtu (30/4/2022).

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti makan dan minum, dia terpaksa menjual apa saja yang masih berharga di dalam rumahnya, bahkan hanya menunggu kemurahan hari warga sekitar.

“Dari Cincin hingga kalung sudah dijual semua untuk keperluan sehari-hari. Kalau bulan puasa banyak yang ngasih makanan Alhamdulillah,” kata dia.

Di balik penderitaan, sepertinya Tuhan selalu memberikan ladang kepada manusia lainnya untuk berjuang membantu. Seperti pada kasus Mak Esih yang menjadi ladang ibadah Rahmat seorang guru di SMPN 55 Baturengat.

Rahmat tanpa lelah berjuang semampunya membantu Mak Esih bahkan hingga meminta bantuan ke pihak Pemerintah Kota Bandung. Meski bukan saudaranya, sejak mengetahui kondisi Esih pada 2019 lalu, dia tak berpikir hubungan darah dan terus berjuang membantu.

“Kita sangat prihatin, terutama di Kota Bandung yang bisa dibilang metropolitan ada saudara kita yang hidup dengan kondisi rumah yang seperti ini (rutilahu),” kata Rahmat.

Namun ada saja kendalanya, saat ini bantuan perbaikan rumah untuk Mak Esih tertunda karena sertifikat milik Mak Esih ini hilang entah di mana rimbanya.

Tak patah arang, Rahmat mencoba peruntungan lainnya dengan menghubungi Jabar Quick Response pada 17 Januari 2021. Namun usahanya belum berbuah hasil.

“Sudah ada dari pihak JQR ke sini, mudah-mudahan segera diperbaiki,” kata dia.

 

Atap rumah milik Mak Esih menerawang langit Cigondewah Kaler, Kota Bandung

Terkait bantuan dari pemerintah setempat, Rahmat mengaku tidak mengetahui pasti apakah Mak Esih mendapatkan manfaat dari berbagai program bantuan yang diberikan pemerintah.

“Saya kira mungkin dimasukkan, tapi saya tidak mengetahui persisnya. Mudah-mudahan ini menjadi sebuah berita yang bisa senantiasa menggerakan naluri siapa pun,” kata dia.

(Yusuf Mugni)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini